PURBALINGGA INFO- Ryan Rachman, seorang penulis dari Purbalingga meluncurkan buku antologi cerpen berjudul “Penjaga Subuh” dan dibedah di Gedung Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, pada Jumat kemarin (2/12). Peluncuran digelar oleh Pusat Penelitian Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbudpar) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed Purwokerto bersama SIP Publishing.
Ketua Puslitbudpar LPPM Unsoed, Imam Suhardi mengatakan, peluncuran dan bedah buku tersebut merupakan program dari Puslitbudpar dalam rangka mengembangkan kebudayaan terutama sastra di Banyumas Raya. Ryan Rachman adalah salah satu penulis sastra asal Purbalingga dan lama berproses di Purwokerto.
Owner SIP Publishing, Indra Defandra mengatakan, pihaknya menerbitkan buku antologi cerpen “Penjaga Subuh” karena penulisnya merupakan salah satu penulis yang memiliki pengalaman menulis sejak 2005 silam dan karyanya sering muncul di media massa. Selain itu pihaknya sering bekerja sama dengan Ryan sebagai juri pada ajang lomba penulisan yang digelar oleh SIP Publishing
Ambita Dhyaningrum, dosen Sastra Inggris FIB Unsoed mengatakan, secara garis besar, cerpen-cerpen yang ada dalam buku tersebut merefleksikan kesederhanaan, kejujuran dan keikhlasan dalam menangkap ide di sekitar yang dibungkus ala Ryan Rachman. Kemudian, latar belakang penulis sebagai jurnalis juga memperkuat karya-karyanya.
“Gagasannya simpel, tapi ada kedalaman, terutama di ending yang mengejutkan. Sebagian besar kuat di bagian resolusi. Ada juga imajinasi yang gila seperti di cerpen yang bercerita seorang penulis muda yang ingin mencuri isi otak penulis senior,” kata Ambita sebagai pembedah buku antologi tersebut.
Kendati demikian, lanjut Ambita ada satu dua cerpen yang kurang berhasil alias yang endingnya datar, menggantung dan multitafsir. Kemudian ada logika tokoh yang salah, penggunaan istilah bahasa Inggris yang kurang tepat.
Ryan Rachman sebagai penulisnya antologi cerpen mengatakan, ada 21 cerpen yang termaktub dalam buku tersebut. Seluruhnya pernah dimuat di pelbagai media massa, sehingga telah mengalami kurasi dari redaktur sastra. Adapun ide cerita bersumber dari pengalaman personal dan kondisi sosial di sekitar penulis.
“Berangkat dari kegelisahan di desa tempat saya tinggal di Purbalingga. Ada tentang penyadap nira, kuli harian, pemain ebeg, buruh pabrik bulu mata palsu dan mitos. Banyak problem dari mereka yang bisa diangkat. Tema yang lain, banyak dari pengalaman pribadi,” pungkas Rian yang juga alumnus Sastra Inggris FIB Unsoed Purwokerto. (*)