Setidaknya 10 warga di Desa Campakoah melakukan usaha dibidang peternakan yakni ternak ayam petelur. Menurut keterangan Sekretaris Desa Campakoah, Suwismo, usaha ayam petelur di Desa Campakoah ini sudah dirintis oleh warganya sejak kisaran tahun 2011.
Selain karena memiliki prospek keuntungan yang cukup bagus/ udara yang sejuk serta jauh dari hiruk pikuk kota, Desa Campakoah cocok untuk melangsungkan ternak ayam petelur. Akan tetapi, ia menyayangkan kandang yang dibangun belum memenuhi standar, karena seharusnya jarak antara kandang dengan pemukiman warga 50 meter. Akibatnya bau tidak sedap yang bersumber dari kandang, kerap tercium oleh warga sekitar.
Usaha ayam petelur di Desa Campakoah juga tidak selalu berjalan mulus, ada beberapa kendala yang dialami peternak, seperti permasalahan modal dan pengadaan bibit.
Seperti yang dialami, Catur Yoga Pamungkas (30), ia menceritakan sejak Juli 2020 lalu, kandangnya dibiarkan kosong karena biaya operasional yang cukup tinggi pihaknya memutuskan untuk melakukan afkir dan tidak melanjutkan usahanya. Saat ditemui dirumahnya Kamis, (28/1/2021) , ia berniat kembali membuka usaha peternakannya setelah lima bulan vakum.
“Ini udah rencana buka lagi si emang bibitnya udah dipesen, katanya seminggu lagi baru datang,” ungkapnya.
Kendala lain yang saat ini dialami peternak ayam petelur di Desa Campakoah adalah naiknya harga pakan di tengah anjlognya harga telur ayam.
Tri Widiarsih, yang akrab disapa Widi mengungkapkan harga telur yang sempat di harga 24 ribu rupiah per kilogram terus menurun sampai diharga 17 ribu rupiah per kilogram. Menurutnya untuk mendapatkan keuntungan setidaknya harga telur di tingkat peternak normalnya 19 ribu rupiah per kilogram.
Selain harga telur yang turun, Widi mengungkapkan harga pakan juga terus merangkak naik, hal itu membuat keuntungan yang didapatkan berkurang.
Kenaikan harga pakan ini dikatakan Widi disinyalir akibat bahan baku impor yang mengalami kenaikan harga.
Widi sendiri biasanya menggunakan merk pakan Cargill, ultragil, dan kpu yang ia beli dari Semarang. Kemuadian menggunakan campuran pakan berupa konsentrat, jagung, dan bekatul.
Menurut Widi, kenaikan pakan yang drastis ini dimulai sejak November sampai sekarang. Kenaikannyapun bertahap dari 15 ribu rupiah sampai 50 ribu rupiah. Mulanya, harga pakan 380 ribu rupiah per kantong kemudian naik sampai menyentuh 420 ribu rupiah per kantong.
Peternak lain juga mengeluhkan hal yang sama. Hal itu dialami oleh Fildan Nur Askia (21). Namun dirinya mengaku enggan mengganti jenis pakan, karena ayam sudah terbiasa dari awal menggunakan pakan cargill.
Akibat keadan ini Fildan juga mengungkapkan di tempatnya sempat terjadi penumpukan telur sebanyak 30 peti.
Fildan berharap pemerintah dapat menstabilkan harga, baik harga telur maupun harga pakan di pasaran.(Umi-ika)