PURBALINGGA – Disamping mencintai agama (Hubuddin) setiap warga negara juga harus diimbangi dengan cinta tanah air (Hubbul Wathon). Hal ini diungkapkan oleh Anggota Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Dr Masrukhin Abdul Madjid MPdI, Senin (18/4) di Masjid Agung Darussalam Purbalingga.
Dengan keseimbangan itu maka, umat Islam di Indonesia tidak terjadi perpecahan sebagaimana negara-negara di timur tengah yang berkonflik. “Muslim harus mengedepankan akhlak dalam menghadapi perbedaan,” ungkap Masrukhin dalam tausiahnya memperingati malam Nuzulul Qur’an yang diawali Shalat Tarawih berjamaah ini.
Warga Indonesia diminta jangan mudah terprovokasi oleh perbedaan yang tidak seharusnya dipertentangkan. Misalnya, orang Islam harus tahu mana khilafiyah dan mana penyimpangan agama. Jika penyimpangan agama maka wajib diamputasi. “Tapi kalau kita ketemu orang yang hanya khilafiyah, maka harus kita toleransi,” ungkapnya.
Ia juga berpesan agar senantiasa berprasangka baik terhadap pemerintah. Karena ketaatan terhadap pemerintah juga bagian dari perintah agama.
“Siapa orangnya yang dulu mencaci maki pemerintah gara-gara masjidnya ditutup? sekarang masjidnya dibuka kok tidak mau ke masjid, berarti Omdo omong doang. Maka ayo maksimalkan, mumpung dibuka dan kita berdoa agar corona segera hilang dari dunia ini,” ungkapnya.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyampaikan kegiatan shalat tarawih berjamaah kali ini digabungkan dengan peringatan malam nuzulul qur’an 1443 H. Ia mengajak agar momentum malam nuzulul qur’an ini untuk meningkatkan iman dan taqwa.
“Yang kedua, sebagai muslim momentum ini juga diharapkan bisa meningkatkan keimanan dan kecintaan kita terhadap kitab suci Al-Qur’an. Tidak hanya cinta dalam membacanya, tapi juga cinta dalam memahami dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari,” kata Bupati.(Gn/Humas)