Dinperindag Terus Monitor Harga Migor Curah di Purbalingga

PURBALINGGA INFO – Tim Monitoring Distribusi Minyak Goreng Curah terus melakukan pemantauan ketersediaan stok dan kestabilan harga minyak goreng di Purbalingga. Tim yang  terdiri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Purbalingga, Kejaksaan Negeri Purbalingga, TNI, Polri dan Dinas terkait mendatangi sejumlah distributor minyak goreng curah (migor curah) yang ada di Purbalingga.

Selain untuk memastikan ketersediaan stok dan kestabilan harga migor curah di pasaran, monitoring ini juga bertujuan untuk memastikan status level distributor migor curah yang ada di Purbalingga. Wasis Pambudi Kepala Bidang Perdagangan Dinperindag dalam wawancaranya mengatakan saat ini diketahui ada 8 distributor migor curah yang ada di purbalingga

“Ada 2 memang yang kategorinya besar yaitu CV Mascot dan CV Sumber Alam yang saat ini persepsinya distributor level 2 dan yang 6 lainnya Toko Sari Wangi, Toko Pramoda, Toko Slamet, Toko Rahayu, Toko Ragil Wangi dan Toko Safari yang masuk kategori distributor level 3,” Katanya.

Sementara itu stok minyak goreng baik kemasan maupun curah di Purbalingga terpantau aman. Wasis menyampaikan dari bebarapa distributor yang ditemui, menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi permintaan pasar.

“Alhamdulillah baik kemasan maupun curah saat ini stoknya cukup, kami tadi sudah komunikasi dengan dua distributor menyatakan siap melayani permintaan minyak goreng berapapun jumlahnya,” lanjut wasis.

Salah satu distributor minyak goreng, Sungkono mengatakan saat ini stok minyak goreng curah ditokonya masih aman. Dia menjual minyak goreng curah dikisaran harga Rp 14.500 per kilogram, masih dibawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

“ Saya menjual minyak goreng   curah Rp 14.500 per kilonya, sedangkan untuk minyak goreng kemasan Rp22.000 per liter,” ujar sungkono.

Wasis menambahkan Dinperindag berharap harga minyak goreng di Purbalingga berangsur stabil. Walaupun masih terdapat pengecer yang menjual diatas HET, tapi hal ini disebabkan karena jarak yang jauh dari pusat distribusi.

“Harapannya di pengecer nanti dijual ke konsumen maksimal Rp 15.500 per kilo untuk migor curah, namun demikian tadi kami di Bobotsari menemukan harga tertinggi sampai ke konsumen Rp16.000, tapi ini karena memang lokasinya yang jauh, akan terus kami kawal agar tidak ada lagi pengecer yang menjual diatas HET” tutupnya. (DHS/Kominfo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *